Bersama KELUARGA MAHASISWA KLATEN UNIVERSITAS DIPONEGORO

dokumentasi pribadi dalam berbagai kesempatan kegiatan.

KMK UNDIP 2009

outbound keluarga mahasiswa klaten undip 2010, kmk angkatan 2009.

@ Gedung FISIP Undip

bersama rekan seperjuangan di S1 ilmu pemerintahan reg 1 angkatan 2009 fisip undip.fotoku malah ga kliatan ig

narsis mode on

berada di depan pusat pemerintahan kabupaten Klaten, smoga kelak aku bisa berkontribusi nyata untuk kota kelahiranku tercinta

DA 14

bersam temen seperjuangan di Dewan Ambalan SMANSA Klaten, miss u all

Rabu, 08 Juni 2011

Program Ketahan Pangan Nasional




Tugas Mata Kuliah

MANAJEMEN STRATEGIS

Program Ketahan Pangan Nasional













Disusun Oleh:
GALIH MARENDRA
D2B009040


JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan salah satu negara agrasis yang memiliki sumberdaya alam yang beraneka ragam. Kekayaan yang ada di Indonesia sudah semestinya digunakan untuk kesejahteraan masyarkatnya. Sebagai Negara agraris, Indonesia kaya akan jenis bahan pangan yang tersebar di berbagai wilayah. Selain beras sebagai bahan pangan pokok utama, Indonesia kaya akan jagung, sagu, umbi-umbian, sebagai sumber karbohidrat. Apa yang ada di alam Indonesia sudah cukup digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, pengelolaan yang benar adalah kunci utamanya.
Jumlah Penduduk Indonesia yang cenderung selalu meningkat setiap tahunnya berakibat dengan ketersediaan pangan yang juga akan meningkat. Hingga saat ini saja, Indonesia masih harus mengimport beberapa komoditas utama pangan untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional. Dengan besarnya jumlah penduduk tanpa di imbangai dengan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pangan sendiri menjadikan negara tersebut menjadi objek pasar produk pangan import. Ketergantungan ini tentunya bukan hanya merugikan dari segi ekonomi saja, melainkan juga menimbulkan kerawana pada bidang sosial dan politik.
Dukungan kekayaan alam yang dimiliki Indonesia, belum mampu untuk mewujudkan tercapainya ketahanan pangan nasional, terbukti dengan masih adanya import beberapa bahan pangan dari negara lain. Apa yang salah dari Indonesia sehingga masih belum bisa mencapai swasembada pangan?. Kalau melihat sejarahnya, Indonesai pernah mencapai swasembada pada era 1980an, akan tetapi hal itu tidak bisa dipertahnkan hingga saat ini.
Kemajuan pada bidang pembangunan memberi dampak yang kurang baik dalam bidang pertanian, pembangunan kawasan industri atau alih fungsi lahan di beberapa daerah menyebabkan berkurangnya lahan pertanian sebagi penghasil produk pangan. Rendahnya tingkat pendapatan yang diperoleh oleh petani juga menyebabkan penurunan minat masyarakat Indonesia untuk bekerja di sektor pertanian. Kemajuan dalam bidang pertanian belum sepenuhnya membuahkan hasil, tingkat penguasaan teknologi para petani yang masih rendah membuat daya saiang produk pertanian kita semakin tidak kompetitif.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, dalam penyusunan makalah ini akan dibahas beberapa point penting, yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan Ketahanan Pangan ?
2. Bagaimana strategi yang dilakukan untuk mencapai ketahanan pangan?
3. Apa hambatan yang di hadapi?


BAB II
PEMBAHASAN
A. Sekilas mengenai Ketahanan Pangan
Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi setiap rumah tangga, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau (UU No. 7 Tahun 1996). Ketahanan pangan meliputi ketersediaan, distribusi dan konsumsi pangan dengan jumlah, keamanan dan mutu gizi yang memadai bagi seluruh penduduk Indonesia.
Ketahanan pangan bukan sekedar tersedianya pangan saja, melainkan kemampuan untuk mengakses pangan dan tidak tergantung dari pihak manapun. Melihat hal ini, sesungguhnya para petani mempunyai kedudukan strategis dalam ketahan pangan. Petani merupakan produsen pangan sekaligus kelompok konsumen terbesar yang sebagian masih berada di garis kemiskinan.
Apabila kita lihat, tujuan program ketahanan pangan meliputi :
1. Meningkatnya ketersediaan pangan.
Jumlah penduduk yang terus meningkat di Indonesia harus di Imbangi dengan ketersediaan pangan. Kasus gizi buruk, busung lapar bisa jadi karena masyarakat tidak mampu membeli kebutuhan pangan mereka.
2. Mengembangkan diversifikasi pangan.
Selama ini makanan pokok sebagian masyarakat Indonesia adalah beras, melihat kondisi dilapangan, keberadaan beras juga masih belum mencukupi dengan kebutuhan yang di butuhkan masyarakat. Pemanfaatan potensi makanan pokok berbasis kedaerahan akan membantu peningkatan program ketahan pangan nasional. Diversifikasi pangan bertujuan untuk meningkatkan produksi pangan pokok alternatif selain beras, penurunan konsumsi beras dan peningkatan konsumsi pangan pokok alternatif yang berimbang dan bergizi serta berbasis pada pangan lokal.
3. Mengembangkan kelembagaan pangan.
Keberadaan peran dan fungsi lembaga pangan seperti kelompok tani perlu di kembangkan untuk mendukung pembangunan kemandirian pangan. Pembinaan kelompok tani bisa dilakukan untuk turut membantu pelaksanaan program ketahanan pangan dari pemerintah. Lembaga pangan bisa menangani hasil pasca panen, dan mengolah produk pangan menjadi produk yang bernilai lebih tinggi.
4. Mengembangkan usaha pegelolaan pangan.
Usaha pengelolahan yang selama ini rata-rata berbasis rumah tangga, bisa di tingkatkan lagi untuk dikembangkan menjadi usaha pengelolaan pangan yang lebih besar.
Sebagai negara agraris, Indonesia mempunyai banyak peluang untuk mencapai ketahan pangan nasional. Keragaman sumber daya alam dan keanekaragaman hayati yang besar dapat dimanfaatkan melalui pemanfaatan dan pengembangan pangan. Perkembangan teknologi yang pesat dalam berbagai aspek ; produksi, pasca panen dan pengolahan produk pertanian, distribusi, pemasaran untuk meningkatkan kapasitas produksi pangan, produktivitas dan efisiensi, meningkatkan keuntungan agribisnis pangan, dan ketahanan pangan. Serta adanya perubahan manajemen pembangunan dan pemerintah kearah desentralisasi dan partisipasi masyarakat yang memudahkan pencapaian ketahanan pangan dan kemandirian pangan dengan memperhatikan sumber daya, kelembagaan dan budaya local (berbasis kedaerahan).

B. Strategi mencapai Ketahanan Pangan
Adanya kebijakan penyeragaman pangan pokok ke beras pada era orde baru, telah membuat konsumsi pada masyarakat terus meningkat setiap tahunnya. Dengan ketergantungan terhadap suatu jenis bahan makanan bisa menyebabkan terjadinya kerawanan pangan. Kondisi ini bisa menjadi sebuah jebakan pangan dan mengancam ketahan pangan Indonesia. Upaya untuk mencapai ketahan pangan nasional juga telah di tuangkan dalam rencana strategis kementerian pertanian 2010-2014. Dalam renstra kementerian pertanian tersebut telah dirumuskan upaya upaya strategis untuk mewujudkan pencapaian swasembada dan swawembada berkelanjutan. Di dalam renstra kementerian pertanian 2010-2014 disebutkan bahwa substansi inti program aksi ketahanan pangan adalah sebagai berikut:
a) Lahan, Pengembangan Kawasan dan Tata Ruang Pertanian: Penataan regulasi untuk menjamin kepastian hukum atas lahan pertanian, pengembangan areal pertanian baru seluas 2 juta hektar, penertiban serta optimalisasi penggunaan lahan terlantar.
b) Infrastruktur: Pembangunan dan pemeliharaan sarana transportasi dan angkutan, pengairan, jaringan listrik, serta teknologi komunikasi dan sistem informasi nasional yang melayani daerah-daerah sentra produksi pertanian demi peningkatan kuantitas dan kualitas produksi serta kemampuan pemasarannya.
c) Penelitian dan Pengembangan: Peningkatan upaya penelitian dan pengembangan bidang pertanian yang mampu menciptakan benih unggul dan hasil peneilitian lainnya menuju kualitas dan produktivitas hasil pertanian nasional yang tinggi.
d) Investasi, Pembiayaan, dan Subsidi: Dorongan untuk investasi pangan, pertanian, dan industri perdesaan berbasis produk lokal oleh pelaku usaha dan pemerintah, penyediaan pembiayaan yang terjangkau, serta sistem subsidi yang menjamin ketersediaan benih varietas unggul yang teruji, pupuk, teknologi dan sarana pasca panen yang sesuai secara tepat waktu, tepat jumlah, dan terjangkau.
e) Pangan dan Gizi: Peningkatan kualitas gizi dan keanekaragaman pangan melalui peningkatan pola pangan harapan.
f) Adaptasi Perubahan Iklim: Pengambilan langkah-langkah kongkrit terkait adaptasi dan antisipasi sistem pangan dan pertanian terhadap perubahan iklim.
Perluasan lahan pertanian diluar jawa harus segera dilakukan lagi, karena lahan pertanian yang ada sekarang ini justru semakin berkurang karena untuk keperluan bisnis. Pembukaan lahan baru bisa mendorong penambahan hasil pertanian.
Strategi yang bisa dikembangkan dalam upaya kemandirian pangan antara lain sebagai berikut :
1. Kebijakan yang berorientasi untuk memacu pertumbuhan ekonomi pedesaan (petani) sekaligus meningkatkan produksi pangan nasional. Misalnya kebijakan perluasan lahan pertanian dengan memberdayakan masyarakat sekitar, sehingga masyarakat (petani) memiliki luas lahan yang memberikan keuntungan untuk dikelola sekaligus meningkatkan produktivitas usaha taninya. Kebijakan ini bisa diterapkan di luar pulau jawa, mengingat masih luasnya lahan di luar jawa.
2. Kebijakan diversifikasi pangan. Ini merupakan kebijakan yang bertujuan unntuk membiasakan rakyat mengkonsumsi makanan sehari-hari dari berbagai jenis pangan. Dengan terwujudnya kebiasaan makan yang baru tersebut, ketergantungan terhadap salah satu komoditas pangan dapat berkurang. Kenijakan ini bisa berupa pemberdayaan masyarakat lokal.
3. Peningkatan kapasitas produksi pangan nasional secara berkelanjutan.
4. Revitalisasi industri produksi pertanian, misalnya adanya bibit unggul, ketersediaan pupuk dan saran pertanian lainnya.
5. Penanganan pasca panen serta pengolahan pangan.
6. Memperdayakan lembaga pangan, seperti Koperasi, UKM , Kelompok Tani maupun lumbung desa.
7. Kebijakan yang kondusif dari pemerintah untuk terciptanya kemandirian pangan, seperti perlindungan lahan pertanian, kredit pembiayaan pertanian dll.
Sinergitas anatara lembaga pemerintahan juga diperlukan untuk mendukung ketahanan pangan nasional, pernah diberitakan bahwa guna mendukung program ketahanan pangan, BUMN mengalokasikan dananya untuk mendukung ketananan pangan melalui progra Gerakan Produksi Pangan dengan sistem Korporasi (GPPK). BUMN bekerja sama guna mendukung peningkatan produksi beberapa komoditas pangan.
C. Tantangan Ketahanan Pangan Nasional.
Pengelolaan pemanfaatan sumberdaya alam di Indonesia hingga saat ini belum bisa digunakan untuk mensejahterakan masyarakat Indonesia. Adanya kasus busung lapar, kurang gizi yang terjadi beberapa waktu lalu menandakan bahwa masyarakat di Indonesia belum merdeka mengenai hal akan pangan.
Beberapa komoditas pangan sebagai salah satu kebutuhan pokok masyarakat masih harus didatangkan dari negara lain di tengah kekayaan alam indonesia yang melimpah. Harga komoditas pangan yang fluktuatif juga membuat masyarakat geram, kenaikan harga pangan seringkali membuat masyarakat harus berfikir ulang supaya kebutuhannya bisa tercukupi ditengan kondisi perekonomian yang sulit.
Upaya pembangunan ketahanan pangan nasional juga mengalami tantangan yang berat. Banyak faktor yang mempengaruhinya, alih fungsi lahan pertanian menjadi masalah yang tidak akan ada habisnya, banyak di daerah terjadi alih fungsi lahan pertanian produktif untuk digunakan sebagai kawasan perumahan ataupun kawasan bisnis lainnya. Tentunya kondisi ini akan mempengaruhi hasil dari produk pertanian.
Kondisi infrastruktur yang masih belum memadai seringkali menghambat dalam pendistribusian pangan dariu daerah satu kedaerah lainnya. Kondisi ini bisa menyebabkan mahalnya harga pangan di tangan konsumen. Penerapan teknologi bidang pertanian yang belum maksimal membuat hasil produk pangan belum begitu banyak hasilnya.
Kondisi cuaca yang akhir-akhir ini yang kurang bersahabat dengan petani membuat petani kebingungan mau menanam komoditas pangan apa yang cocok dengan musim. Ditambah serangan hama yang sering kali menyerang tanaman menjelang panen ataupun pasca menanam membuat petani harus mengeluarkan biaya ekstra untuk perawatan tanaman pangan yang ditanamnya. Seranagn hama sering kali membuat petani gagal panen, sehingga gagal menghasilkan produk pangan.
Kondisi pertanian yang masih tradisional juga menjadi perhatian, petani tradisional biasanya menanam komoditas untuk keperluan mereka saja, peluang untuk memberikan pemahaman baru bagi para petani tradisional turut akan meningkatakan hasil produk pangan dari mereka serta secara tidak langsung juga akan meningkatkan kesejahteraan mereka.
Komoditas pangan import yang dipengaruhi harga minyak bumi membuat Indonesia harus berhati-hati, karena apabila harga minyak mengalami kenaikan sudah bisa dipastikan bahwa harga komoditas pangan import tersebut juga akan mengalamai kenaikan.


BAB III
PENUTUP
Kekayaan alam Indonesia akan sumber bahan pangan alami harus dieksplorasi untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional. Ketahanan pangan bukan sekedar tersedianya pangan saja, melainkan kemampuan untuk mengakses pangan dan tidak tergantung dari pihak manapun. Banyak sekali upaya yang bsa dilakukan untuk mencapai ketahanan pangan nasional salah satunya melalui diversifikasi pangan. Diversifikasi pangan bertujuan untuk meningkatkan produksi pangan pokok alternatif selain beras, penurunan konsumsi beras dan peningkatan konsumsi pangan pokok alternatif yang berimbang dan bergizi serta berbasis pada pangan lokal.
Upaya mencapai ketahanan pangan harus didukung oleh semua elemen masyarakat. Pemerintah dalam hal ini kementerian pertanian telah menyusun rencana strategisnya guna mencapai swasembada dan swasembada berkelanjutan dan peningkatan diversifikasi pangan untuk mencapai kondisi pertanian yang unggul dan berdaya saing.
Ditengah berbagai peluang untuk mencapai ketahanan pangan nasional, Indonesia juga dihantui terjadinya rawan ketahanan pangan, ketergantungan bahan pangan dari negara lain, misalnya kedelai dan gandum belum bisa di atasi. Kemandirian pangan Indonesia harus di dorong terus, ketergantungan dari negara lain hanya akan menjadikan Indonesia sebagai negara konsumen saja. Pembangunan di sektor pertanian harus menyentuk semua elemen, dari hulu sampai hilir.
Kearifan lokal menjadi tameng yang semakin penting untuk kedepannya, sejalan dengan peningkatan peranan dunia usaha di bidang pertanian tanaman pangan. Peran dunia usaha memproduksi komoditas pangan memang sulit untuk dihindari, sebaliknya peranan tersebut perlu terus didorong. Sementara peran pemerintah lebih terfokus pada regulasi dan penyediaan infrastruktur pertanian. Meski demikian, peranan dunia usaha tetap harus sejalan dengan kearifan lokal yang telah tumbuh dan berkembang pada kehidupan masyarakat selama ini.

DAFTAR PUSTAKA
http://www.jembatanselatsunda.com/agp/index.php?option=com_content&view=article&id=1006%3Akearifan-lokal-meningkatkan-ketahanan pangan&catid=52%3Aumum&Itemid=57&lang=in
http://www.perumperhutani.com/index.php/news/detail/dukung_ketahanan_pangan_bumn_alokasikan_rp_41_t/
http://www.biaknumfor.com/index.php?option=com_content&view=article&id=162:pangan-lokal-diperkuat-untuk-dukung-program-ketahanan-pangan&catid=23:februari
http://bkppkukar.com/berita.php?id=11
Renstra Kementerian Pertanian 2010-2014

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More