Bersama KELUARGA MAHASISWA KLATEN UNIVERSITAS DIPONEGORO

dokumentasi pribadi dalam berbagai kesempatan kegiatan.

KMK UNDIP 2009

outbound keluarga mahasiswa klaten undip 2010, kmk angkatan 2009.

@ Gedung FISIP Undip

bersama rekan seperjuangan di S1 ilmu pemerintahan reg 1 angkatan 2009 fisip undip.fotoku malah ga kliatan ig

narsis mode on

berada di depan pusat pemerintahan kabupaten Klaten, smoga kelak aku bisa berkontribusi nyata untuk kota kelahiranku tercinta

DA 14

bersam temen seperjuangan di Dewan Ambalan SMANSA Klaten, miss u all

Kamis, 18 Oktober 2012

Kepemimpinan dan Motivasi


A. Pendahuluan

Menurut William H.Newman (1968) dalam Miftah Thoha (2003;262) kepemimpinan adalah kegiatan untuk mempengaruhi perilaku orang lain atau seni mempengaruhi perilaku manusia baik perorangan maupun kelompok. Dan satu hal yang perlu diingat bahwa kepemimpinan tidak harus dibatasi oleh aturan-aturan atau tata krama birokrasi. Kepemimpinan bisa terjadi dimana saja, asalkan seseorang menunjukkan kemampuannya mempengaruhi perilaku orang lain kearah tercapainya suatu tujuan tertentu.
Motivasi pada dasarnya berasal dari bahasa latin yaitu “movere” yang berarti bergerak. Menurut Daft motivasi adalah dorongan yang bersifat internal atau eksternal pada diri individu yang menimbulkan antusiasme dan ketekunan untuk mengejar tujuan-tujuan spesifik. Sedangkan menurut Gibson Dkk, motivasi adalah kekuatan yang mendorong seseorang pegawai yang menimbulkan dan menangarahkan perilaku. Menurut Stoner motivasi adalah karekteristik psikologi manusia yang memberi kontribusi pada tingkat komitmen seseorang.
Asumsi dari penelitian mengenai motivasi adalah motivasi biasanya diasumsikan sebagai hal yang baik dan motivasi adalah satu dari beberapa faktor yang menentukan prestasi kerja. Adapun unsur-unsur motivasi yang dapat ditarik dari definisi-definisi yang telah disebutkan adalah sebagi berikut
a. Kebutuhan
Kebutuhan dapat diartikan sebagai sesuatu keadaan internal yang menyebabkan hasil-hasil tertentu tampak menarik.
b. Dorongan
Adalah motif yang memicu munculnya perilaku tertentu untuk mengurangi atau memenuhi kebutuhan.
c. Intensif
Adalah segala sesuatu yang memuaskan, mengurangi, dan memenuhi kebutuhan sehingga menurunkan ketegangan.
Jhon Adair menyatakan bahwa kepemimpinan dan motivasi ibarat saudara kandung laki-laki dan perempuan. Sulit dibayangkan seorang pemimpin yang tidak memotivasi orang lain. Namun, kepemimpinan mempunyai cakupan yang lebih luas daripada motivasi. Pendapat tokoh lain mengemukakan bahwa motivasi sangat dipengaruhi oleh performa seorang pemimpin serta berpengaruh terhadap pelaksanaan pekerjaan dalam setiap situasi.

B. Prinsip – prinsip Memotivasi
Prinsip memotivasi menurut Adair ada delapan langkah, yaitu
1. Pemimpin harus termotivasi
2. Pilih orang yang bermotivasi tinggi
3. Perlakukan setiap orang sebagi individu
4. Tetapkan sasaran yang realistik dan menantang
5. Ingat kemajuan akan memotivasi
6. Ciptakan lingkungan yang memotivasi
7. Berikan hadiah yang adil
8. Berikan pengakuan.
Motivasi sangat diperlakan dalam sebuah organisasi, dengan motivasi setiap orang akan dengan bersemangat menyelesaikan pekerjaannua. Pentingnya motivasi di uraikan sebagai berikut :
a. Motivasi merupakan masalah terpenting dalam proses hidaup dan kehidupan
b. Keinerja pegawai rata-rata 60% tingkat efisiensinya. Dengan motivasi yang baik bisa meningkat sampai dengan 80%
c. Orang bekerja bukan hanya karena uang, tapi untuk kepuasan kerja.
d. Memotivasi adalah tugas krusiak bagi para pemimpin

C. Teori-teori Motivasi
Menurut Robbins (2001:166) menyatakan definisi dari motivasi yaitu kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi untuk tujuan organisasi yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu untuk memenuhi beberapa kebutuhan individual. Sedangkan menurut Sondang P. Siagian sebagai-mana dikutip oleh Soleh Purnomo (2004:36) menyatakan bahwa motivasi adalah daya pendorong yang mengakibatkan seseorang anggota organisasi mau dan rela untuk menggerakkan kemampuan dalam bentuk keahlian atau ketrampilan, tenaga dan waktunya untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya dan menunaikan kewajibannya, dalam rangka pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi yang telah ditentukan sebelumnya. Dari pengertian ini, jelaslah bahwa dengan memberikan motivasi yang tepat, maka karyawan akan terdorong untuk berbuat semaksimal mungkin dalam melaksanakan tugasnya dan mereka akan meyakini bahwa dengan keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuan dan berbagai sasarannya, maka kepentingan-kepentingan pribadinya akan terpelihara pula.
D. Peranan Pemimpin dalan Meningkatkan Motivasi
Menurut Allen ada beberapa cara untuk memotivasi, yaitu dengan cara
a. Menginspirasi
Yaitu dengan memasukkan semangat dalam diri orang kesediaan berbuat dengan cara yang efektif. Orang diinsipirasi melalui kepribadian pemimpin, keteladanan dan pekerjaan yang dilakukannya secara sadar atau tidak sadar
b. Mendorong
Yaitu dengan merangsang orang untuk melakukan apa yang harus dilakukan melalui pujian, persetujuan dan bantuan.
c. Mendesak
Yaitu membuat orang yang perlu, termasuk paksaan, kekerasan, dan ancaman bila perlu

E. Alat-alat Motivasi
Alat-alat motivasi yang diberikan kepada seseorang dapat berupa
1. Material Incentive, yaitu motivasi yang bersifat imblan, prestasi yang diberikan oleh karyawan seperti uang dan barang-barang
2. Non Material Incentive yaitu alat perangsang yang diberikan kepada pegawaiyang bukan berupa materi seperti penghargaan, bintabg jasa dan perlakuan yang baik.

F. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi
a. Faktor Eksternal
1. Kepemimpinan
2. Lingkungan kerja yang menyenangkan
3. Komposisi yang memadai
4. Adanya penghargaan atas prestasi
5. Status dan tanggung jawab
6. Peraturan yang berlaku.
b. Faktor Internal
1. Kematangan pribadi
2. Tingkat pendidikan
3. Keinginan dan harapan pribadi
4. Kebutuhan terpenuhi
5. Kelelahan dan kebosanan
6. Kepuasan kerja.


G. Contoh pemimpin yang mampu memotivasi
Seorang Jokowi (Walikota Solo) yang mampu membuat suatu perubahan di kota Solo. Dimana beliau melakukan banyak perbaikan baik pada Infrastruktur, ekonomi maupun di sektor pariwisata. Tidak hanya itu banyak lahan-lahan rakyat di Solo yang diselamatkan oleh Jokowi dari terjangan pemodal besar. Dan beliau juga berani mengambil langkah untuk mengganti mobil dinas mewahnya dengan mobil hasil rakitan anak SMK serta mendorong semua pejabat untuk mau menggunakan mobil tersbut. Hal ini menunujukan bahwa sebagai seorang pemimpin, beliau mampu memberikan dua hal kepada anak buah ataupun rakyat yang dipimpinnya. Dua hal tersebut yaitu inspirasi dan motivasi. Seorang pemimpin harus mampu menginspirasi dan memotivasi rakyat sehingga mampu bergerak maju. Dan ini yang dibuktikan pak Jokowi dengan mengambil mobil buatan anak-anak SMK, Kiat Esemka, menjadi mobil dinasnya. Ia memberi motivasi pada bangsa ini, bahwa kita bisa. Bukannya malah mencemooh atau menyangsikan kelayakan dan keselamatannya.
Contoh lain adalah ketika Presiden Ir.Soekarno berpidato. Dalam pidatonya selalu ada kata-kata motivasi yang sangat membakar semangat rakyat Indonesia pada saat itu. Yang terjadi adalah rakyat bersatu dan semakin semangat dalam menjalani hidupnya kedepan.


dibuat dalam rangka memenuhi tugas KEPEMIMPINAN POLITIK :)

Senin, 15 Oktober 2012

Petani VS Tikus

Yups, gambaran diatas adalah salah satu cara petani melawan Tikus yang merusak tanaman padi disawah. Hal tersebut hanya salah satu contoh kecil yang dilakukan para petani di daerah Kecamatan Trucuk agar hasil panenan padi kelak bisa dapat maksimal, demi ketahanan pangan bangsa juga lhoo... soo jangan Remehkan Para PETANI !!!
sekilas cara ini sangat sederhana, hanya dengan plastik yg panjang, dibuat seperti pagar yang membentang sepanjang lahan persawan yang ada. aku sih mikirnya dengan cara tesebut tikus tidak bisa masuk ke area persawahan karena adanya pagar plastik tersebut.. klo lebih jauhnya dan tingkat efektifitasnya kurang tau juga, maklum bukan mahasiswa pertanian.. hehe.. SUKSES BUAT PARA PETANI DEMI KEMANDIRIAN PANGAN BANGSA !!!

PSIKOLOGI POLITIK : AGEN SOSIALISASI POLITIK

PERANAN KELUARGA DAN SEKOLAH SEBAGAI AGEN SOSIALISASI POLITIK 1. Sosialisai Politik Menurut Almond, sosialisasi politik merupakan proses “induksi ke dalam budaya politik”, dan membawa pada berkembangnya serangkaian perilaku di antara para anggota sistem itu. Hal itu dapat dijalankan oleh berbagai elemen dalam masyarakat, dan dengan gaya yang berlain-lainan jika secara langsung berhubungan dengan politik, maka dapat digambarkan dengan sosisalisasi, yang tampak; jika berhubungan tidak langsung, maka merupakan sosialisasi laten. Agen-agen Sosialisasi Politik dalam Sistem Politik Indonesia adalah merupakan lembaga-lembaga yang sudah terinternalisasi dalam masyarakat. lembaga-lembaga tersebut adalah keluarga, kelompaok bemain (peer group)/ kontak politik langsung, teman sekolah, pekerjaan dan media masa. Seorang individu tersosialisasi di bidang politik tidak hanya melalui satu sarana saja. Seorang individu dapat tersosialisasi politik melalui berbagai macam sarana yang ada. Berbagai sarana yang ada itu dapat dialami oleh seorang individu dalam proses sosialisasi secara bersama-sama. Hal seperti ini sangatlah mungkin karena hidup seseorang tidak hanya didalam suatu lingkungan yang tertentu saja, tetapi yang bersangkutan juga hidup didalam berbagai lingkungan lainnya secara bersama-sama   A. Keluarga Sebagai Agen Sosilaisasi Politik Di dalam keluarga, seorang anak pertama kali belajar dan menyatakan diri sebagai makhluk sosial didalam hubungan interaksi dengan kelompok. Beberapa kalangan berpendapat bahwa sebagian besar interaksi orang tua-anak memiliki implikasi masa depan karena keluarga adalah tempat masing-masing individu belajar bagaimana berhubungan dengan orang lain dimana interaksi antara anak dan orang tuanya menentukan bagaimana individu kecil berespons terhadap orang lain sepanjang hidupnya. Kondisi keluarga sangat berpengaruh dalam setiap sendi kehidupan sosial, politik dan budaya si anak sehingga hubungan dengan keluarga merupakan landasan sikap terhadap orang, benda dan kehidupan secara umum. Seperti yang diutarakan Gerungan dalam bukunya yang berjudul Psikologi Sosial, ada empat kondisi keluarga yang dapat mempengaruhi perkembangan sosial seorang anak: 1. Status sosio-ekonomi Dengan adanya perekonomian yang cukup, lingkungan materiil yang dihadapi anak dalam keluarganya menjadi lebih luas, ia dapat kesempatan yang lebih luas untuk mengembangkan bermacam-macam kecakapan yang tidak dapat ia kembangkan apabila tidak ada penunjangnya. Namun kondisi sosio-ekonomi yang paling menguntungkan bagi perkembangan sosial anak ialah pada posisi menengah. Latar belakang sosio-ekonomi yang sangat tinggi ataupun justru sangat rendah dapat merupakan handicap sosial bagi perkembangan anak. 2. Keutuhan keluarga Yang dimaksud keutuhan keluarga adalah adanya formasi lengkap dari kedua orangtuanya dalam artian ada ayah, ibu dan anak-anaknya. Apabila tidak ada ayah atau ibu atau keduanya, maka struktur keluarga itu tidak lengkap lagi. Selain itu juga, interaksi dalam keluarga tersebut berlangsung wajar dan harmonis. Apabila kedua orangtuanya sering cekcok disertai tindakan-tindakan yang agresif, keluaga itu tidak dapat disebut utuh. Terdapat bukti yang cukup jelas bahwa ketidakutuhan keluarga pada umumnya memiliki pengaruh negative terhadapa perkembangan sosial anak. 3. Sikap dan kebiasaan orangtua Cara dan sikap orangtua juga memegang peranan yang cukup penting bagi perkembangan ciri-ciri pribadi seorang anak. Terkait dengan cara mendidik dalam keluarga, yaitu  Sikap otoriter Dalam keluarga yang otoriter, anak akan terbentuk menjadi orang yang passivitet (sikap menunggu), menyerahkan segalanya terhadap pemimpin, mudah putus asa dan aggresivitet.  Sikap demokratis Orangtua yang bersifat demokratis menimbulkan ciri-ciri berinisiatif, lebih giat dan lebih bertujuan, tetapi juga memberi kemungkinan berkembang menjadi anak yang tidak taat dan tidak mau menyesuaikan diri.  Sikap overprotective Dimana orangtua terlampau cemas dan hati-hati dalam mendidik anak. Orangtua senantiasa menjaga-jaga keselamatan anak-anaknya dan mengambil tindakan yang berlebihan agar terhindar dari bahaya. 4. Status Anak Status anak sebagai anak tunggal, anak sulung atau bungsu dapat mempengaruhi perkembangan sosial di dalam keluarganya. Anak tunggal cenderung egois sekali dan memiliki keinginan untuk berkuasa yang berlebihan tetapi lebih mudah mengorientasikan dirinya kepada orang-orang dewasa dan kepada cita-cita dan sikap pandang orang dewasa. Anak sulung biasanya kurang aktif dan kurang berusaha dibandingkan anak kedua yang justru lebih ambisius karena mendapat perhatian dan kasih sayang yang berlebih dari orang tuanya. Keluarga dalam Sosialisasi Politik Pengaruh keluarga bergantung pada hubungan diantara keluarga dengan agen politik lainnya dan keluarga inti. Faktanya, banyak pembelajaran politik terjadi melalui keluarga dibandingkan melalui pembelajaran khusus politik. Dawson & Prewitt melakukan penelitian dan investigasi yang menyimpulkan bahwa perilaku politik anak sangat di pengaruhi oleh tindakan politik kedua orangtuanya. Hal ini menurut Freud disebut identifikasi yaitu metode yang dipergunakan orang dalam menghadapi orang lain dan membuatnya menjadi bagian dari kepribadiannya. Anak mengidentifikasikan diri dengan orang tuanya, karena bagi anak, mereka itu adalah omnipotent, setidak-tidaknya selama mereka masih sangat kecil; setelah anak lebih besar dia menemukan orang-orang lain tempat dia mengidentifikasikan diri, karena orang-orang lain itu ternyata lebih cocok dengan kebutuhannya. Menurut W. A Gerungan identifikasi itu berarti kecenderungan atau keinginan dalam diri anak untuk menjadi sama seperti ayahnya atau sama seperti ibunya. Jadi identifikasi dalam psikologi berarti dorongan untuk menjadi identik (sama) dengan orang lain. Kecenderungan ini bersifat tidak sadar bagi anak itu. Artinya anak itu secara tak sadar mengambil sikap-sikap orang tua sebagai tempat identifikasi itu. Jadi, dalam proses identifikasi, seluruh sistem norma, sikap, tingkah laku politik orang tuanya sedapat-dapatnya dijadikan norma-norma, cita-cita, dan seterusnya dari anak itu sendiri. Agar pengaruh politik orang tua terhadap anak hasilnya maksimal, Robert Lane (dalam Althoff, 1983: 60) mensugestikan bahwa terdapat tiga kepercayaan politik yang dapat diletakkan melalui dan di dalam keluarga: 1) Dengan indoktrinasi terbuka (overt) dan indoktrinasi tertutup (covert); 2) Dengan jalan menempatkan anak dalam satu konteks sosial khusus; 3) Dengan jalan membentuk kepribadian anak. Peranan keluarga dalam sosialisasi politik berdasarkan tugas yang lebih besar dan memuaskan kebutuhan-kebutuhan anak sehingga timbul cinta dan afeksi, anak secara lambat laun memperoleh identitas diri dan selanjutnya mampu mengidentifikaskan diri dengan oran lain. Aspek-aspek kehidupan keluarga yang secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi partisipasi politik seorang anak, diantaranya karena: 1. Tingkat daya tarik keluarga bagi seorang anak, 2. Tingkat kesamaan pilihan (preferensi) politik orang tua, 3. Tingkat keutuhan (cohesiveness) keluarga, 4. Tingkat minat orang tua terhadap politik, 5. Proses sosialisasi politik keluarga. Dari uraian di atas nampak bahwa peranan kehidupan keluarga dalam mendorong sosialisasi politik seseorang anak secara keseluruhan dipengaruhi oleh lingkungan, secara tidak langsung. Keluarga itu menyajikan dan juga merupakan bagian dari lingkungan yang bisa menghasilkan perolehan pengetahuan, nilai-nilai dan sikap tertentu yang secara umum dianut dalam keluarga.   B. Sekolah (pendidikan) Sebagai Agen Sosialisasi Politik Sekolah memainkan peran sebagai agen sosialisasi politik melalui kurikulum pengajaran formal, beraneka ragam kegiatan ritual sekolah dan kegiatan-kegiatan guru. Sekolah melalui kurikulumnya memberikan pandangan-pandangan yang kongkrit tentang lembaga-lembaga politik dan hubungan-hubungan politik. Ia juga dapat memegang peran penting dalam pembentukan sikap terhadap aturan permainan politik yang tak tertulis. Sekolah pun dapat mempertebal kesetiaan terhadap system politik dan memberikan symbol-simbol umum untuk menunjukkan tanggapan yang ekspresif terhadap system tersebut. Peranan sekolah dalam mewariskan nilai-nilai politik tidak hanya terjadi melalui kurikulum sekolah. Sosialisasi juga dilakukan sekolah melalui berbagai upacara yang diselenggarakan di kelas maupun di luar kelas dan berbagai kegiatan ekstra yang diselenggarakan oleh OSIS. Dalam hubunganya dengan sosialisasi politik, ada pendapat yang menyatakan bahwa pengaruh sekolah dalam sosialisasi dapat dilaksanakan melalui 3 jalan/cara, yaitu : 1. Didalam kelas, termasuk kurikulum formal, kehadiran didalam kelas, dan penurunan nilai-nilai serta perilaku yang tidak disadari oleh guru didalam kelas. 2. Karakteristik informal sekolah sebagai lingkungan sosial, organisasi pemuda yang bersifat politik maupun non politik, dan kesempatan untuk berpartisipasi dalam berbagai bentuk kegiatan ekstrakurikuler. 3. Efek pendidikan yang ditimbulkan dari ketertarikan didalamnya, mengenai informasi didalamnya dan partisipasi dalam kegiatan politik Dalam konteks perkembangan anak, setelah mereka mendapatkan sosialisasi dirumah, anak akan mendapatkan sosialisasi dilingkungan luarnya. Untuk mendapatkan pendidikan diluar lingkungan keluarga maka selanjutnya anak akan mendapatkan pendidikan disekolah. Dilingkungan sekolah seorang anak akan mendapatkan pendidikan dan penurunan nilai-nilai politik secara langsung oleh guru-guru mereka. Peranan sekolah sangat besar dalam penurunan nilai-nilai. Disekolah, anak akan secara langsung anak menemukan simbol-simbol nasional, seperti adanya bendera nasional, pahlawan-pahlawan beserta pandangannya. Disekolah juga diajarkan mata pelajaran-mata pelajaran yang berhubungan dengan nilai-nilai politik bangsa Indonesia yakni pendidikan kewarganegaraan, seperti pada tingat dasar, menengah dan atas diajarkan yang berkaitan dengan Pendidikan Kewarganegaraan. Pendidikan dan penurunan nilai-nilai politik ini terus berjenjang sesuai dengan tingkat pendidikan agen sosialisasi dan penerima sosialisasi. Sosialisasi politik di lingkungan sekoolah juga bisa dilakukan melalui kegiatan ekstrakurikuler yang diselenggarakan sekolah, misalnya melalui OSIS dan kegiatan Pramuka. Melalui kegiatan ekstrakurikuler tersebut, siswa diajar dan dilatih mengenai kehidupan berbangsa dan bernegara. Pemilihan ketua osis bisa dikatakan sebagai bentuk langsung dari sosialisai politik dilingkungan sekolah.

Mengendalikan Alih Fungsi Lahan Pertanian

Alih fungsi lahan sawah ke penggunaan lain telah menjadi salah satu ancaman yang serius terhadap keberlanjutan swasembada pangan. Intensitas alih fungsi lahan masih sulit dikendalikan, dan sebagian besar lahan sawah yang beralihfungsi tersebut justru yang produktivitasnya termasuk kategori tinggi sangat tinggi. Lahan-lahan tersebut adalah lahan sawah beririgasi teknis atau semi teknis dan berlokasi di kawasan pertanian dimana tingkat aplikasi teknologi dan kelembagaan penunjang pengembangan produksi padi telah maju. Jawa Tengah merupakan salah satu daerah penyangga pangan di Indonesia. Namun beberapa bulan yang lalu Gubernur Jateng mengeluh lahan pertanian makin terkikis perumahan. Lahan pertanian terus menyempit, sementara produksi tanaman pangan diminta terus meningkat. Petani yang terpaksa mengalihkan lahannya juga tidak bisa sepenuhnya disalahkan, karena desakan sosial ekonomi. Pengalihfungsian lahan pertanian produktif di Provinsi Jawa Tengah setiap tahun mencapai luasan 2.000-2.500 hektare. Kondisi tersebut dinilai cukup menghawatirkan lantaran bisa berdampak pada penurunan produksi pangan lokal. Gubernur Jateng H Bibit Waluyo mencontohkan alih fungsi lahan di wilayah Surakarta, yakni di Kabupaten Boyolali, Sukoharjo, Klaten, Karanganyar dan juga Kota Solo saat ini sudah sangat mengkhawatirkan. Pola alih fungsi lahan sawah Pola alih fungsi lahan sawah dapat dipilah menjadi dua yaitu sistematis dan sporadis. Alih fungsi lahan sawah untuk pembangunan kawasan industri, perkotaan, kawasan pemukiman, jalan raya, komplek perkantoran, dan sebagainya mengakibatkan terbentuknya pola alih fungsi yang sistematis. Lahan sawah yang beralihfungsi pada umumnya mencakup suatu hamparan yang cukup luas dan terkonsolidasi. Di sisi lain, alih fungsi lahan sawah yang dilakukan sendiri oleh pemilik lahan sawah umumnya bersifat sporadis. Luas lahan sawah yang terkonversi kecil-kecil dan terpencar. Alih fungsi lahan sawah dilakukan secara langsung oleh petani pemilik lahan ataupun tidak langsung oleh pihak lain yang sebelumnya diawali dengan transaksi jual beli lahan sawah. Proses alih fungsi lahan sawah pada umumnya berlangsung cepat jika akar penyebabnya terkait dengan upaya pemenuhan kebutuhan sektor ekonomi lain yang menghasilkan surplus ekonomi (land rent) jauh lebih tinggi (misalnya untuk pembangunan kawasan industri, kawasan perumahan, dan sebagainya) atau untuk pemenuhan kebutuhan mendasar (prasarana umum yang diprogramkan pemerintah, atau untuk lahan tempat tinggal pemilik lahan yang bersangkutan). Proses alih fungsi lahan sawah cenderung berlangsung lambat jika motivasi untuk mengubah fungsi terkait dengan degradasi fungsi lahan sawah, misalnya akibat kerusakan jaringan irigasi sehingga lahan tersebut tidak dapat difungsikan lagi sebagai lahan sawah. Faktor-faktor yang mendorong terjadinya alih fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian antara lain:  Faktor Kependudukan. Pesatnya peningkatan jumlah penduduk telah meningkatkan permintaan tanah untuk perumahan, jasa, industri, dan fasilitas umum lainnya. Selain itu, peningkatan taraf hidup masyarakat juga turut berperan menciptakan tambahan permintaan lahan akibat peningkatan intensitas kegiatan masyarakat, seperti pusat perbelanjaan, jalan tol, tempat rekreasi, dan sarana lainnya.  Kebutuhan lahan untuk kegiatan non pertanian antar lain pembangunan perumahan , kawasn industri, kawasan perdagangan, dan jasa-jasa lainnya yang memerlukan lahan yang luas, sebagian diantaranya berasal dari lahan pertanian termasuk sawah.  Faktor ekonomi, yaitu tingginya land rent yang diperoleh aktivitas sektor non pertanian dibandingkan sektor pertanian. Rendahnya insentif untuk berusaha tani disebabkan oleh tingginya biaya produksi, sementara harga hasil pertanian relatif rendah dan berfluktuasi. Belum lagi apabila terjadi gagal panen/serangan hama, para petani akan semakin dibuat frustasi dalam mengolah lahan sawahnya. Selaian itu ketika musim pemupukan tananam, pupuk-pukuk sering kali justru menghilang dari pasaran yang kemudian terjadi kelangkaan pupuk dan kenaikan harga pupuk  Faktor sosial budaya, antara lain keberadaan hukum waris yang menyebabkan terfragmentasinya tanah pertanian, sehingga tidak memenuhi batas minimum skala ekonomi usaha yang menguntungkan.  Degradasi lingkungan, antara lain kemarau panjang yang menimbulkan kekurangan air untuk pertanian terutama sawah. Penggunaan pupuk kimia dan pestisida secara berlebihan yang berdampak pada berkurangnya kesuburan tanah dan peningkatan serangan hama tertentu akibat musnahnya predator alami dari hama yang bersangkutan .  Otonomi daerah yang mengutamakan pembangunan pada sektor menjanjikan keuntungan jangka pendek lebih tinggi guna meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), yang kurang memperhatikan kepentingan jangka panjang dan kepentingan nasional yang sebenarnya penting bagi masyarakat secara keseluruhan.  Lemahnya sistem perundang-undangan dan penegakan hukum dari peraturan-peraturan yang ada. Alternatif kebijakan Pemerintah terus berupaya untuk melindungi lahan pertanian produktif salah satunya melalui dikeluarkannya produk perundang-undangan tentang perlindungan lahan pertanian seperti UU No 41 tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Berkelanjutan, PP No 1 tahun 2011 tentang Penetapan dan Alih Fungsi Lahan Pertanian Berkelanjutan dan PP 13/2012 tentang Intensif Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan. Selain itu upaya yang bisa dilakukan antara laian sebagai berikut.  Meningkatkan efisiensi kebutuhan lahan untuk non pertanian sehingga tidak ada tanah yang terlantar.  Mengembangkan prinsip hemat lahan untuk industri, perumahan dan perdagangan misalnya pembangunan rumah susun.  Membatasi luas lahan yang dikonversi di setiap kabupaten/kota yang mengacu pada kemampuan pengadaan pangan mandiri.  Menetapkan Kawasan Pangan Abadi yang tidak boleh dikonversi, dengan pemberian insentif bagi pemilik lahan dan pemerintah daerah setempat.  Penegakan secara tegas atas peraturan perundang-undangan yang telah dibuat. Ditulis untuk tugas matakuliah Analisis Kebijakan

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More